Bertemu Nasi dan Jeremy Harmer

09:41:00

Tidak terasa saya sudah berada di hari kedua IATEFL Conference 2016. Rasanya saya ngga ingin pulang, tapi ngga kuat dengan cuaca yang katanya Spring Season, the warmest season of the year, tapi dinginnya 10-16 derajat celcius. Sempat terbersit keinginan untuk kuliah di University of Birmingham atau Aston University karena konon katanya kedua universitas tersebut merupakan universitas terbaik di Birmingham. 



Anyway, di hari kedua ini, saya datang agak siang. Saya melewatkan plenary sessionThank God, IATEFL bekerja sama dengan British Council menyediakan rekaman plenary session hari kedua. Jadi, walaupun saya tidak mengikuti plenary session saat itu, saya masih bisa catch up melalui video yang direkam oleh panitia. 




Bisa ditonton di sini: 








Saya baru sampai di ICC kira-kira pukul 10. Berikut beberapa session yang saya ikuti pada hari kedua: 




10:25 - 11.30 : Current Issues in English Language Teaching in Iran

12.30 - 13.00 : Ten Great Educators and Their Legacy
14.20 - 14.40 : Are You Ready to Vlog? Your Students are!
15.05 - 15.50 : Chronicle of a Death Foretold: Coursebooks, Classrooms, Learning and                                       Language. 
16.25 - 17.10 : Creative Vocabulary: Playing with Meanings




Pukul 10.25 adalah forum yang membahas isu seputar English Language Teaching (ELT) di Iran. Saya penasaran bagaimana situasi ELT di sana. Tidak terlalu banyak yang mengikuti forum ini. Ketika saya sampai, hallnya masih sepi sekali. Saya sampai bisa berkenalan dengan seorang Professor yang melakukan penelitian di Iran. Beberapa menit setelah saya duduk, akhirnya forum itu pun dimulai. Saya jadi mengetahui kalau ternyata students di sana semangat belajar bahasa Inggris karena ingin keluar dari negaranya. Mereka ingin 'bebas' dari konflik. That's why mereka semangat banget belajar bahasa Inggris. Di akhir sesi, saya mendapatkan buku gratis berisi tentang ELT di Iran (bukunya sampai sekarang belum saya baca :p).





Selesai forum, saya janjian bertemu dengan teman saya, Sherly. Kami pun mengikuti sesi yang sama pada pukul 12.30. Sesi ini cukup menarik, tentang 10 orang pendidik dan apa yang mereka wariskan kepada pendidik lain. Saya jadi terinspirasi untuk menjadi pendidik seperti mereka. Tidak hanya mendidik tetapi punya legacy juga. Legacy yang nantinya bisa dinikmati orang lain di negara sendiri bahkan di dunia. Untuk teman-teman yang ingin melihat file presentasi bisa dibaca di bawah ini ya ↷




Tidak terasa sesi itu berakhir juga. Perut saya sudah keroncongan. Kami pun memilih makan di area conference. Di sana ada sebuah restoran yang bernama the Oak Kitchen. Saya tidak tahu harus makan apa di sana. Saya pun menanyakan Sherly dan dia merekomendasikan semangkuk sup (saya lupa namanya :p). Saya pun membeli sup yang direkomendasikannya dan menyesal karena rasanya berbeda dari apa yang saya harapkan. Selan itu, tidak ada nasi yang bisa dibeli untuk menemani makan sup. Hanya ada roti yang menemani. 


Dok.Pribadi




Ketika makan sup yang rasanya tidak terlalu enak itu, saya bertemu dengan teman saya yang lain, Juan. Dia berasal dari Peru. Saat itu sepertinya dia kebingungan harus makan siang apa. Saya pun mengajak dia makan siang bersama dengan Sherly juga. 



Setelah selesai makan, saya kembali bersiap mengikuti sesi conference selanjutnya. Ketika melihat agenda conference, saya tertariik dengan sesi tentang Vlog yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Masalahnya Vlog ini sedang ngetrend banget di Indonesia. Juan sempat menanyakan sesi yang saya ikuti dan dia sepertinya tertarik juga karena Vlog merupakan hal yang baru untuk dia. 



Dok.Pribadi


Menarik juga sesi tentang Vlog ini. Sayangnya si presenter tidak memberikan contoh bagaimana caranya ngeVlog kepada audiens. Dia hanya memberikan contoh beberapa muridnya yang punya Vlog dan memberitahukan beberapa Vlogger yang content Vlognya bisa dijadikan resource. 

Selanjutnya adalah sesi yang presenternya ingin sekali saya temui, Jeremy Harmer. Beliau adalah gurunya ELT Teachers. Dulu zaman kuliah, jurusan saya rajin banget pakai buku-buku yang ditulis oleh beliau. Saya dan teman-teman kuliah dulu sampai searching  di google bagaimana rupanya si om Jeremy ini. Begitu ketemu di Inggris, rasanya masih setengah ngga percaya. Unbelieveable.



Saya merasa seperti sedang berada di sekolah saat mengikuti sesi Jeremy Harmer. Walaupun buku yang dia gunakan dan bahas dalam sesi ini adalah jualannya beliau, saya tetap menikmati sesi beliau. Di sela sesi, beliau memberikan sedikit pair work. Di situ pula saya belajar berani berkenalan dengan teman baru baru lagi




Sesi Jeremy Harmer ini berlangsung hanya 45 menit saja. Singkat sekali :( Padahal saya masih ingin belajar. Saya pun move on dari beliau. Oh ya, Juan masih bersama saya waktu itu. Dia tidak punya rencana untuk mendatangi sesi tertentu. Makanya dia mengikuti saya saja selama dua sesi itu. 


Jeremy Harmer

Selesi mengikuti sesi Jeremy, saya dan Juan berpindah ke hall 4 untuk mengikuti sesi tentang Vocabulary. Kami menunggu beberapa menit di dalam sambil berfoto. Nih, foto saya sama Juan, teman saya yang dari Peru dan wajahnya sekilas mirip banget dengan orang Indonesia hehehe.

Saya dan Juan

Sesi tentang Vocabulary pun dimulai. Dari awal presentasi seluruh peserta seperti diajak bermain. Banyak teknik baru dalam mengajar Vocabulary yang saya dapatkan selama sesi ini. Saya tidak sabar sekali untuk mempraktekkannya di kelas saya nanti.


Dok. Pribadi

Hampir seharian ikut sesi di conference ini, otak saya lelah juga :p Saya berpisah dengan Juan dan bertemu dengan Sherly lagi. Saya pun mengajak dia sedikit jalan-jalan. Saya ingin sekali makan nasi di China Town, Birmingham. Saya ingin 'balas dendam' karena makan siang yang kurang memuaskan perut dan lidah Indonesia saya :p 

Berbekal GPS, saya dan Sherly mulai berjalan kaki menuju tempat yang kami tuju. Sekitar  15 menit kami pun sampai di tempat tujuan, China Town! Begitu memasuki area China Town, restoran ala Asia pun bertebaran. Saya senang akhirnya bisa bertemu Asian Cuisine. Kami pun memilih restoran yang ingin kami kunjungi dan pilihan kami jatuh kepada Pepper Chef Restaurant kalau di Indonesia seperti Pepper Lunch gitu, semacam Chinese Restaurant

Dok. Pribadi

Dok. Pribadi


Begitu duduk di restoran ini, seorang pelayan menghampiri kami dan kami diajak bicara dalam bahasa Mandarin. Mungkin si pelayan melihat mata saya yang sipit kali ya :p Sherly akhirnya berkata kepada pelayan bahwa kami bukan Chinese. 

Saya dan Sherly pun memesan makanan dalam bahasa Inggris. Saya lupa nama menu makanan yang saya plih. Yang jelas, porsi makanannya besar, ada kuah kari dan paling penting ada nasi. Senangnya perut saya. Oh ya, saya sempat membeli nasi di sini mumpung di restoran ini ada nasi :p

Dok.Pribadi


Selesai makan, saya dan Sherly segera membayar makanan. Tidak lupa kami mampir sebentar ke sebuah supermarket. Di sana saya membeli makanan. Kalau tidak salah saya membeli indomie di sini sedangkan Sherly  memberi bahan untuk nantinya di masak ketika dia kembali ke Durham. Setelah berbelanjam kami pun kembali ke the ICC karena Sherly harus kembali bertemu Peter, temannya itu. 

Di tengah perjalanan, kami di hadang oleh hujan deras. Kami sampai harus meneduh selama sekitar 30 menit baru kami melanjutkan perjalanan kami lagi.

Sesampainya the ICC, saya berpisah dengan Sherly dan saya kembali ke flat untuk beristirahat. 

Seperti biasa di flat belum ada Magda maupun Attilio. Saya pun mandi dan beristirahat di kamar saya. Perut saya seakan puas hari ini karena bisa berjumpa dengan nasi. Begitu pun mata saya karena mereka bisa melihat Jeremy Harmer

You Might Also Like

2 comments

  1. Jadi ingat diskusi antara Jeremy dan Scott Thornbury
    Kalau saya mimpi pingin ketemu Jim Scrievener :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kemarin ngga ketemu sih pas conference. Tapi beliau mmg cukup terkenal di dunia ELT :)

      Delete

Give Me Your Comment