My Aquarius Mom :)

Mama saya berulang tahun tanggal 12 Februari 2022 kemarin. Namun, tepat di pagi hari itu saya menerima kabar bahwa ibu salah satu teman baik saya telah berpulang. Dua hal yang sangat bertolak belakang terjadi dalam satu hari yang sama. Begitulah hidup.

Seperti yang kita sering dengar berulang-ulang. Kita tidak pernah tahu kapan kita dan orang yang kita sayangi dipanggil kembali oleh Tuhan. Saya pernah merasakan kehilangan papa di tahun 2008. Semuanya terjadi sangat cepat. Begitu pun dengan kepergian ibu teman baik saya. Dia tidak pernah menyangka bahwa ibunya yang selalu terlihat sehat ternyata harus kembali ke pangkuan Ilahi secepat itu. Dia begitu terpukul dan mungkin bingung bagaimana dia harus melanjutkan hidup tanpa seorang ibu. Dia terbiasa dengan kehadirannya. Lalu bagaimana esok dia harus membiasakan diri tanpa ibu di rumahnya.

Sebagai anak yang pernah kehilangan orang tua, saya paham betul rasanya ditinggal untuk selamanya. Saya tidak dapat lagi mendengar suara papa memanggil nama saya. Saya tidak dapat lagi memijat bahu atau kakinya kalau dia sedang pegal-pegal. Saya juga tidak bisa menemaninya lagi jalan-jalan.

Kini saya hanya mempunyai satu orang tua, yaitu mama. Saya jadi lebih menghargai setiap waktu bersamanya. Walaupun saya seringkali berbeda pendapat dengan beliau, saya kini lebih memilih diam daripada harus melawan dengan argumentasi lain. Saya tahu hal-hal kecil seperti itu yang nantinya akan dirindukan saat beliau pulang. 

Usia mama saya tidak lagi muda namun jauh lebih tua daripada usia ibu teman baik saya. Berita duka dan hari ulang tahun mama hari ini menyadarkan saya bahwa saya masih kesempatan untuk menghabiskan sebanyak mungkin waktu bersama dengan beliau. Saya pun masih harus mempersiapkan hati kapan pun dia akan pergi. Rasanya ingin saya mengatur Tuhan. Tapi sungguh berdosa saya jika melakukannya. 

Sekarang yang bisa saya lakukan hanya berdoa untuk mama agar dia selalu sehat dan menemukan Tuhan sebagai kebahagiaannya.

Tebak Saya yang Mana? :p

Sudahkah kalian menghabiskan waktu hari ini bersama orang tua kalian dan mendoakan kesehatan mereka? 

Jika kalian tidak serumah lagi dengan mereka, tanyakan kabar mereka. Orang tua senang sekali dengan perhatian kecil yang kita berikan untuk mereka. 

Kemarin adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Bertemu dengan seseorang yang sudah lama ingin aku temui. Aku perlu menunggu berbulan-bulan untuk bertemu dengannya.

Pacar?

Bukan. Dia adalah seseorang yang sudah kuanggap ayahku sendiri. Dia sosok yang sangat kukagumi. Ketulusan hatinya untuk menjadi ayah untuk anak-anak muda sangat luar biasa. Baru kali ini kutemui seseorang yang rela membagi hidup, uang dan makanananya untuk orang lain tanpa minta dibalas. Ketika menemui sosoknya dan mendengar ceritanya lagi, hatiku pun melonjak kegirangan. Rasanya aku  tidak hanya ingin bersalaman dengan dia tetapi aku juga ingin makan bersama dan saling membagi kisah hidup kami masing-masing seperti dulu….

Sayangnya Sang Empunya Waktu tidak membiarkan hal itu terjadi. Aku hanya diberi kesempatan untuk bersalaman dan menanyakan kabarnya. Dia mengatakan kalau dia sehat. Senang akhirnya bisa mendengarkan suaranya lagi. Aku senang karena ternyata dia masih seperti yang dulu; gaya bicaranya, cara dia berjalan, rambutnya, ketulusannya.

“Dear God, please keep him in your hands and beside him. I know I’ve hurted him but I also know that you are the healer of his pain. You never leave him alone and always stand by his side. God, he is not a perfect role-model but You know how hard he works for you and this generation. Bless him. You know what he has done for this generation. One more God, please tell him that I love him and still pray for him. His name is always written on my prayer list.”

Pelayaran ini semakin menyenangkan saja. Banyak hal baru yang aku temukan selama aku berlayar. Tidak hanya penghuni kapal yang baru tetapi juga pekerjaan kapal yang baru yang harus aku kerjakan bersama penghuni kapal yang di mata orang lain mempunyai kehormatan yang melebihi aku. Suatu kebanggaan kalau aku dipercaya bisa bekerja dengan mereka. Sekalipun upahnya mungkin tidak besar tetapi pengalaman yang aku dapatkan sungguhlah besar.
Betapa bahagianya aku masih bisa mendapatkan kepercayaan.

Melihat seseorang melakukan pelanggaran itu sama seperti merasakan sedihnya hati sang juru Kemudi, Tuhan, ketika melihat anak-anaknya melanggar hal yang sudah dilarang untuk dilakukan-Nya.
Saya bisa merasakan betapa sedih hati-Nya ketika anak yang sudah dididik bertahun-tahun ternyata masih juga melanggar hukum yang telah ditetapkan-Nya.

Bersyukurlah kita kalau Tuhan itu tidak sama seperti manusia yang langsung memberikan hukuman ketika Dia melihat anak-anaknya melanggar hukum. Dia malah memberikan kesempatan untuk anak-anak-Nya berubah terlebih dahulu dan memperbaiki diri di hadapan-Nya. Jika kesempatan itu diabaikan oleh anak-anak-Nya barulah Dia bertindak.

Sabarnya Tuhan.

Ketika ada hal yg mengganjal hati, apa yg akan Anda lakukan? Memilih untuk diam atau menceritakannya kepada orang yg lebih dewasa dari Anda dan dapat dipercaya?

Kalau pertanyaannya ditujukkan ke saya, saya akan memilih pilihan yg kedua. Ada sesuatu hal yg mengganjal di hati saya sejak beberapa hari yg lalu. Saya sudah menceritakannya kepada kakak saya tetapi entah mengapa hati ini masih belum tenang.

Sampai akhirnya tadi pagi, dengan tidak sengaja saya menceritakannya kepada seseorang yg saya anggap lebih dewasa dari saya. Akhirnya hati ini lega juga..... Ibarat mengeluarkan gas yg selama ini tertahan di perut. Saya merasa mendapatkan kegelegaan sekaligus tambahan makanan untuk kembali mengisi perut.

Hari ini tiba-tiba salah satu penumpangku tidak sadarkan diri. Ini pertama kalinya aku menangani orang yang tidak sadarkan diri. Bingung? Tentu saja tetapi aku tetap berusaha terlihat tenang di hadapan penumpang yang lain.

Penumpang yang tidak sadarkan diri ini belum lama menaiki kapal. Tidak banyak yang ku ketahui tentang pelayarannya. Yang aku tahu dia berlayar seorang diri. Tidak seperti penumpang yang lain, yang mempunyai sanak keluarga dan teman yang dapat diajak bercanda selama berlayar.

Hampir setengah jam aku bersama penumpang yang lain menunggunya sadar. Setelah sadar dia sempat menitikkan air mata. Aku tidak tahu apa artinya air mata itu. Yang aku tahu, ketika air mata keluar dari pelupuk itu tandanya ada beban ingin dibagikan kepada orang yang melihat air mata tersebut.

Aku pun tersadar. Rasanya tahun ini aku sudah jarang melihat air mata keluar dari pelupuk mata seseorang. Aku lupa kalau orang lain butuh seseorang untuk mengusap air matanya, menunggunya untuk bercerita mengapa air mata itu bisa sampai keluar dan memeluknya supaya air mata itu tidak lagi jatuh ke lantai melainkan jatuh ke bahu orang yang memeluknya.

Dear penumpangku yang tadi siang aku lihat menangis, jangan lupa kalau kamu masih mempunyai teman penumpang yang lain yang siap untuk mengusap air matamu dan mendengarkan keluh kesahmu.

Baru saja kapalku dipenuhi dengan penumpang-penumpang baru. Sekarang mereka malah meminta izin untuk pergi. Mereka bilang sih hanya untuk sementara waktu.

Apakah salahku? Apakah pelayananku kurang memuaskan hati mereka? Mungkin saja.

Sepertinya banyak hal yang perlu aku perbaiki di dalam diri ini. Ada yang salah sepertinya.

Perjalanan ini semakin lama semakin menantang saja. Bulan lalu aku diserang oleh penyakit. Tidak parah memang. Aku hanya diwajibkan beristirahat sehari saja namun hal buruk malah terjadi ketika aku memutuskan untuk tidak berlayar selama sehari. Ada seorang penumpang di kapalku yang protes. Padahal dia sudah aku anggap rekan dekatku tetapi saat itu aku kecewa karena malah dia yang memprotes ketika aku memberhentikan kapal untuk sejenak. Entah aku yang saat itu sedang sensitif karena keadaan tubuhku sedang tidak fit atau? Ah, entahlah. Sejak kejadian itu aku belajar untuk tidak mengandalkan orang lain ketika aku sedang tidak bisa ikut berlayar.

Beberapa minggu setelah kejadian itu, salah seorang rekan di kapalku, dia yang selama ini membuat beberapa penumpang kapalku berpindah ke kapal lain, memutuskan untuk berhenti berlayar bersamaku dan rekan-rekan yang lain. Dia bercerita kepadaku kalau dia mendapatkan tawaran pekerjaan lebih bagus di kapal yang lain. Lebih bagus? Mungkin bagi dia lebih bagus. I'm wandering. Apakah tawaran tersebut lebih bagus menurut sang Kemudi hidupnya? Hmmm..... I don't know. Ya tapi begitulah manusia, terkadang mereka lebih memilih sesuatu yang terlihat mempunyai 'harapan' untuk masa depan mereka. Aku pun pernah sempat tergoda tetapi aku memilih untuk mengikuti kata-Nya, kemauan-Nya bukan mau kemauanku.

Mungkin kapal ini sedikit sepi karena ada satu rekanku yang pergi tetapi aku tahu sang Kemudi sedang mempersiapkan kedatangan rekan yang lain. Ya, Dia sedang mempersiapkan orang tersebut.

April 2014

Perjalanan kali ini menorehkan banyak cerita. Dimulai dengan penumpangku yang pelan-pelan pergi karena mempunyai masalah dengan partnerku, partnerku yang cukup teguh dengan pendiriannya sampai-sampai tidak mau menerima saran orang lain, dan juga beberapa pilihan yang kelak akan menentukan perjalananku selanjutnya.

Let's start with the first one. Penumpang-penumpang kecilku sejak dua bulan terakhir entah mengapa berlarian pergi dan berpindah menuju kapal yang lain. Awalnya aku berpikir kalau ini mungkin hal yang biasa saja. Biasalah anak-anak, mereka mudah untuk bosan. Mula-mula 1 orang, lama kelamaan jumlahnya makin bertambah. Hal ini sangat menggangguku. Aku sampai dihantui perasaan bersalah karena mungkin aku mendekati dan mengajar mereka dengan cara yang salah atau mungkin aku pernah melampiaskan amarahku kepada mereka. Perasaan ini terus menghampiriku. Akhirnya rasa penasaran membuat diriku bertanya kepada penumpang kapal yang masih bertahan, apakah mereka mempunyai keluhan selama aku mendekati dan mengajar mereka saat di kapal? Ternyata jawaban mereka sangat mengejutkan. "Tidak ada Miss" "Lalu kenapa beberapa dari teman kalian pergi?" "Kami (& teman mereka yang pergi) sering dimarahin Miss oleh partner Miss kalau saat sedang diajar" Aku terhenyak. Ini hanyalah sebuah kelas kapal biasa buka sebuah kelas kapal pesiar. Selama beberapa jam aku menyimpan hal ini dalam hati tapi rasanya hati ini tidak dapat menampung semua keluhan para penumpang kecilku. Aku berpikir keras bagaimana agar partnerku mau menerima saranku. Aku berpikir dan berpikir sampai akhirnya partnerku yang lain memberi saran.

Aku mencoba melakukan saran itu dengan hati-hati tapi hasilnya nihil. Saranku ditolak oleh partnerku dan dia memegang pendirian kalau tidak pernah ada penumpang kecilku yang dimarahi olehnya. Yang ada hanyalah penumpang kecilku yang terkadang membuat gaduh saat berada di kapal. Dia sampai menitikkan air mata untuk memperkuat kebenarannya. Lelah rasanya menghadapi orang seperti ini.

Cukup panjang sekali ceritaku di kapal hari ini ya? Yang terakhir, aku lanjutkan besok lagi ya. See you on the next post! 

Hari ini agaknya merasa sedikit kesepian. Anak-anak yang seharusnya datang untuk belajar bersamaku di kapal hari ini mereka lagi-lagi memilih untuk absen. Aku bingung apa yang harus kulakukan? Apakah ada yang salah dalam diriku? Apakah ada yang salah ketika aku berbicara di depan mereka? Atau apakah ada perkataanku yang menyakiti hati kecil mereka sehingga mereka lebih memilih untuk tidak datang?